Bismillahirrahmanirrahim...
Coretan Indah
dariku untuk Malaikat tak Bersayap “IBU”
Aku Bukan seorang penulis berbakat, bukan
juga seorang puitis yang bisa memadukan kata-kata indah dengan sejuta makna,
namun keinginan hati yang mendorongku untuk merangkai kata demi kata, kalimat
demi kalimat sebagai isi hatiku untuk seseorang yang begitu sempurna di mataku
tanpa celah apapun “IBUKU”
Aku, sosok yang jauh dari
kesempurnaan yang telah dilahirkan oleh sosok yang begitu Luar Biasa, yahh Ibuku.
Ibu yang rela berkeringat melahirkanku ke semesta yang indah, berjuang antara
hidup dan mati hanya untuk bisa menghadirkanku di dunia ini tepatnya 17 tahun
yang lalu........
Sekarang, aku telah beranjak dewasa,
namun hingga saat ini pun aku sadar begitu banyak kenakalan, kesalahan dan
bantahan ketika engkau menasehatiku yang sengaja atau tak sengaja menguras air
matamu. Namu apa yang telah aku lakukan untuk Ibu ?? pernah kah aku
membahagaiakan Ibu ??? atau hanya terus menerus membuat Ibu bersedih ?? membuat
Ibu menangis ?? itukah yang bisa kulakukan membalas semua jasa-jasa Ibu selama
ini :
1. Tepatnya 17 tahun yang lalu, waktu
itu, dengan rasa pilu dan sakit, engkau mengandug dan melahirkanku. Engkau rela mempertaruhkan nyawamu, dengan
seluruh nafas dan rasa sakit luar
biasa, seolah-olah engkau berada di tengah-tengah jurang maut. Demi aku, engkau
hadapi rintangan itu. Tapi semua itu tak
berarti dengan hadirnya aku, mengobati semua rasa sakit yang engkau rasakan ketika mengandung dan melahirkanku
2. Ketika aku bayi, menangis di
tengah malam betapa susahnya Ibu begadang, memberiku ASI, mengganti popok, menjagaku agar tetap terlindungi tanpa
gigitan nyamuk, menggosokkan
minyak angin ke tubuhku, memberiku makan, menjagaku hingga aku terlelap dan bangun di pagi hari, semua itu Ibu
lakukan dengan ikhlas karena kasih sayang dan rasa cinta Ibu padaku.
3. Ketika aku memasuki usia
anak-anak, Ibu dengan sabar melatihku berbicara, berdiri, berjalan dan hingga akhirnya aku duduk di
bangku sekolah. Namun tak sampai disitu, Ibu dengan
ikhlas, terbangun di pagi hari untuk menyiapkanku sarapan, memandikanku, menyiapkan seragam sekolah, sepatu dan
menantiku hingga pulang sekolah.
4. Hingga sekarang, aku telah
beranjak dewasa, menjadi sosok anak penyakitan. Namun dengan ikhlas dan sabar Ibu merawatku, membawaku ke dokter tanpa
memperdulikan seberapa banyak biaya yang
Ibu keluarkan hanya untuk kesembuhanku, karena bagi Ibu harta tidak berarti dibanding kesemBuhanku. Bahkan
ketika kondisiku benar-benar down, Ibu ikhlas
dan rela begadang hanya untuk menjagaku,
tanpa memperdulikan kesehatan Ibu. Menjagaku
setiap hari tanpa memperdulikan
pekerjaan Ibu yang terbengkalai hanya karena
merawatku untuk kembali sembuh.
Banyak.. banyak..
dan masih banyaakkkk lagi pengorbanan Ibuu untukku :’(. Benar-benar diri ini
tidak ada apa-apanya dibanding Ibu.
Ibu yang kini tak
semuda dulu, maaf untuk kerutan di dahi dan di kantong matamu. Maaf untuk
kelelahan dan kesabaran yang tiada habis.
Maafkan aku Bu.. yang selama ini
hanya bisa menuntutmu apa yang aku mau, dengan segala cara engkau harus
menyediakannya, yang tak menghargai keringatmu, yang tidak menghargai tetes air
matamu, yang tak menghargai setiap hela nafasmu, yang tidak peduli rasa
lelahmu, yang pernah menghakimimu untuk kesalahan kecil yang engkau buat, yang
selalu meluapkan rasa kesal kepadamu.
Maafkan aku Bu..
aku belum bisa membahagiakan Ibu. Namun aku berjanji pada Ibu, suatu hari nanti
Aku akan menjadi sosok berguna yang bisa membahagiakan Ibu dan bisa Ibu
banggakan !!
Terimakasih Bu, untuk pengorbanan
dan do’a yang selalu Ibu panjatkan untukku di setiap sujud Ibu.
Bu.. mungkin yang
aku berikan hanya do’a-do’a di setiap sujudku agar Allah tetap melindungimu.
“Ya Rabb,
kasihanilah Ibuku sebagaimana Ia mengasihiku sewaktu aku kecil” Aminn.
Semoga Allah
menyayangimu Bu, sebagaimana engkau menyayangiku selama ini. Aminn.
Akuu sayang IBU
:’) . Wassalam –Annisa Eka Handayani-